Kisah Mbah Zaenal Dan Tukang Becak๐๐
"Ke Nggading berapa, Kang?" Mbah Zainal Abidin Munawwir, Krapyak, menawar becak.
"Monggo mawon. Terserah panjenengan, Mbah", tukang becak pasrah karena sudah kenal.
"Nggak bisa! Sampeyan harus kasih harga!"
"Yah... seribu, Mbah". Itu harga yang cukup lazim waktu itu, walaupun sedikit agak mahal.
"Lima ratus ya!"
Tukang becak nyengir,
"Masih kurang, Mbah..."
"Enam ratus!"
Tukang becak masih nyengir.
"Ya sudah... tujuh ratus!"
Tukang becak sungkan membantah lagi dan mempersilahkan Mbah Zainal naik.
Sampai tempat tujuan, Mbah Zainal mengulurkan selembar uang ribuan tapi menolak kembaliannya. Tukang becak bengong.
"Kalau tadi kita sepakat seribu, aku cuma dapat pahala wajib", kata Mbah Zainal, "kalau begini ini 'kan yang tiga ratus jadi shodaqohku".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEBARKAN DAKWAH MESKIPUN DI SOSIAL MEDIA
TEBARKAN DAKWAH MESKIPUN DI SOSIAL MEDIA Guru Mulia Habib Umar bin Hafidz : "Muslim yang bijak, setiap detiknya adalah sangat berhar...
-
Aku Takut Yang aku takut hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasehat, namun sangat pandai menasehati. Yang aku takut aku merasa...
-
11 Raka'at atau 23 Raka'at? Sama-sama baik, yang tidak baik adalah berselisih karena keduanya... #MaqolahUlama #Nu #NahdlatulUl...
-
Jaga hati ini dari rasa cinta terhadap dunia yang berlebihan, sehingga membuat kami lupa terhadapmu ya Allah Jaga hati ini dari rasa ci...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar